Selasa, 28 Oktober 2008

Dari Setan

Pasar bebas itu suci. Barangsiapa mencoba ganggu-gugat keberadaannya berarti menistakan kebenaran abadi. Semua pemerintahan dan kaum politikus hanya ada untuk menjaga kesuciannya. Pemegang senjata telah dikaruniai berkat untuk menjaga kelanggengan kuil-kuil korporasinya. Hanya dengannya dunia makmur. Hanya melaluinya segala kebutuhan material terpenuhi dengan sedikit biaya dan sebesar-besarnya pilihan individu. Hanya Pasar Bebas yang memiliki keadilan sejati. Soal biaya-biaya sosial dan lingkungan untuk mencapainya, itu bukan urusan kita.

ttd
Setan

Minggu, 26 Oktober 2008

Sidang Perserikatan Sepeda-sepeda

Ayo bicara empat mata
Jangan pernah lagi petantang-petenteng di situ
Kesini dan duduk dengan sopan
kita bicara soal dirimu
Apa tidak terpikir sejenak dalam hidup
keberadaanmu memalukan Perserikatan!
Ingat, sejak enam ribu tahun lalu kau bohongi penghuni Sabit Subur
Kau bilang Kita cuma satu, dan itulah Engkau
Sungguh tak tahu malu!
Dari satu bangsa ke bangsa lain, Kau mengaku esa dengan nama-nama beda
Mereka itu lemah, kau tahu itu
manusia itu mahluk Kita yang bodoh
Kau manfaatkan mereka demi keisenganmu

Kini Kita saksikan:
nama-namamu dipahat menjadi arca-arca
mereka memasangnya di ujung-ujung tombak, tsunami, dan krisis
dengan nama-namamu mereka saling potong
demi nama-namamu mereka saling pentung
atas nama-namamu mereka berdagang

Sekarang sedang krisis ekonomi
ke depan krisis ini bakal bikin orang tambah galak
Pastinya hasil kerjamu akan jadi bahan bakar
Kami sudah muak
Ayo kesini dan duduk dengan sopan
beri Kami penjelasan
atas kelakuanmu yang konyol

[Kaliyuga XX, Ruang Sidang Perserikatan Sepeda-sepeda]

Selasa, 21 Oktober 2008

Masya Allah, krisis lagi?

Krisis kredit perumahan Amerika dimulai tahun 2000. Denyut di gelembung keuangan global kian terasa. Makin lama denyutnya kian cepat seperti degup jantung maling yang dikejar massa. Lelehan keringat cemasnya sampai jatuh berkali-kali. Entah kepanikan alamiah atau kerakusan mulia yang mengalihkan para kapitalis ke gudang minyak. Tak perlu paham teori harga secara mendalam untuk mengetahui akibatnya. Harga minyak mentah dunia tiba-tiba naik begitu cepat, lalu luruh membawa hujan persoalan baru.

Pada mulanya lembaga-lembaga penyedia jasa keuangan lokal Amerika satu per satu ambruk. Lutut mereka tak lagi sanggup menanggung beban kredit macet perumahan karena produksi-berlebih. Kamudian korporasi-korporasi keuangan raksasa kalang-kabut karena dana cair yang dipertaruhkan di meja judi kertas berharga mulai kabur gambarnya. Ketika dadu dibuka, satu per satu mereka runtuh. Lehman Brother, Citygroup, Golden Sach, AIG, bergetar di meja judi raksasa. Persoalannya, dunia bukanlah petak-petak berbenteng yang masing-masing petak tertutup dari lainnya. Bumi yang menjadi datar seperti lapangan sepak bola sudah tak lagi punya petak. Keruntuhan ekonomi keuangan dunia merambat perlahan ke ekonomi riil. Pabrik-pabrik mulai mengemas kapital yang tersisa. General Motor menutup pabrik-pabriknya di Amerika minggu ini. Siapa berikutnya kita lihat saja.

Ada apa ini? Apa yang salah dengan perekonomian dunia? Apa yang keliru dengan kapitalisme?

Tidak. Bukan kapitalisme yang salah. Mereka para CEO lembaga keuangan yang salah. Mereka terlalu serakah. Mereka tidak hati-hati bermain di ladang gandum emas beranjau sektor spekulasi-keuangan. Kapitalisme tidak pernah salah karena ia alamiah. Sekarang, yang perlu dilakukan adalah gunakan uang hasil pengumpulan pajak untuk menalangi dana cair lembaga-lembaga keuangan yang masih hidup. Jangan biarkan para pahlawan global ini ikut ambruk bersama Lehman Brother. Krisis itu biasa. Tak perlu dirisaukan. Pasti kehidupan akan kembali seperti sedia kala. Tidak akan lama. paling beberapa tahun lagi. Jadi tolong camkan baik-baik. Jangan pernah berpikir bahwa ada yang keliru dengan tatanan sosial-ekonomi kita sekarang. Jangan pernah sok tahu untuk mengubah dan menggantikan kapitalisme dengan sistem-sistem lain.

Lalu bagaimana dengan korban-korban krisis: jutaan orang miskin yang kian melarat; kaum pekerja yang terdepak dari pabrik-pabrik dan melata di kota-kota besar lalu mati seperti lalat sampah?

Dengar nak, segala sesuatu itu ada upahnya. Korban itu biasa. Bukankah agama juga mengajarkan bahwa kebahagiaan itu butuh pengorbanan? Jadi, sudahlah. Jangan pernah berpikir untuk menyalahkan kapitalisme! Dunia sudah seperti ini adanya. Tidak ada sistem yang lebih baik darinya. Camkan itu!!

Rabu, 15 Oktober 2008

Dear Psikolog

Dear Psikolog,
Diingat-ingat, rupanya sudah cukup lama saya tidak baca novel. Beberapa hari lalu saya beli sebuah novel. Seperti sedikit novel yang saya punyai lainnya, novel baru ini juga bukan karya sastra hebat yang dipuji banyak tokoh di Indonesia. Dia novel populer meski tidak ternama. Saya memang hanya mampu baca yang populer seperti dia. Sungguh saya tidak akan sanggup baca karya-karya hebatnya Dostoyevsky, Tolstoy, Hemmingway yang dipuja-puji sebagai penulis brilian. Tidak pula saya mampu memahami pesan-pesan mulia dalam novel-novelnya Coelho, Pamuk, atau novelnya para pemenang Nobel Susastra. Rupanya kehidupan kampung yang terlalu lama membuat detak keadaban yang luhur dalam hati saya pudar. Jadinya saya cuma bisa membaca novel-novel populer.

Entah karena dalam kehidupan sebelumnya saya pernah lahir sebagai penduduk abad pertengahan atau karena saya orang kuno yang suka ketinggalan jaman, novel-novel populer yang saya suka ialah yang berlatar abad itu atau sebelumnya. Musashi atau Taiko, misalnya. Cerita dalam mereka berdua berlatar abad ke-16 hingga awal abad ke-17. Terus ada Timeline yang tiga perempat kisahnya ada di abad ke-14 awal. Yang agak baru di kamar saya, Imperium, juga kisah abad ke-4 atau ke-5. Novel baru saya juga latarnya abad pertengahan. Tepatnya Inggris abad ke-12. Dia berjudul The Pillars of the Earth (Pilar). Dia lumayan tebal. Tubuhnya mengandung halaman sejumlah 1131. Entah disengaja atau tidak, kisah dalam novel dimulai tak jauh dari tahun 1131!

Tidak seperti novel Laskar Pelangi (ini juga kata orang), novel baru ini tidaklah menggugah hati. Sebagian besar paragrafnya lebih berisi keterangan tentang tetek-bengek dunia abad pertengahan ketimbang hikmah pemacu semangat hidup. Tidak seperti Laskar Pelangi atau Ayat-ayat Cinta yang katanya berkisah mengharukan dan dirimbuni nilai-nilai mulia, novel baru ini sebagian besarnya berisi istilah, nama, dan kisah untuk berbagai jenis teknologi, bangunan, kebiasaan-kebiasaan, suasana kota-desa, perihidup biara, bentuk gereja, organisasi para ksatria, hutan, ladang, penjahat, dan penyakit petani jaman kegelapan.

Dari novel ini saya tidak belajar tentang keteguhan hati atau makna cita-cita dalam kehidupan manusia. Saya lebih banyak belajar yang remeh-temeh, yaitu beberapa kata dalam Bahasa Inggris Pertengahan yang sudah tidak digunakan lagi sekarang (sehingga tidak akan membantu meningkatkan nilai TOEFL saya yang pas-pasan) dan banyak juga istilah Latin yang mungkin cuma dikenal oleh para rahib Katolik. Salah satu istilah yang menarik perhatian saya ialah ‘caementarius’, kata Latin yang artinya ‘tukang batu’ dan muncul di halaman 295. Memang, salah satu tokoh penting dalam novel ini ialah tukang batu yang mengembara dari satu tempat ke tempat lain mencari sesuap nasi bagi dia dan keluarganya. Cita-citanya biasa saja: diterima kerja sebagai tukang batu, entah dalam perbaikan atau pembangunan benteng, gereja, atau katedral. Dia punya seorang istri dan dua anak hidup. Tanpa rumah tetap, dua anak lainnya mati waktu kecil, mungkin karena tetanus. Istrinya mati waktu melahirkan anak kelimanya. Waktu itu mereka sekeluarga kelaparan di tengah musim dingin di tepian belantara Inggris. Wajar saja istrinya mati: melarat, musim dingin, melahirkan di luaran. Itu kejadian biasa di abad kegelapan dan Jakarta.

Nah, itulah novel baru yang baru saya baca sepertiga bagiannya. Kata orang, jenis bacaan yang digemari seseorang itu pantulan pribadinya. Sungguh, saya ini sejenis pribadi yang mungkin patut dikasihani. Saya sama sekali tidak muak pada novel-novel yang luar biasa hebat secara susastra atau yang luar biasa laku secara bisnis. Saya sekadar tidak mampu membaca dan menikmatinya. Bila ada ahli kejiwaan yang membaca tulisan ini, tolong beritahu saya jenis pribadi apakah yang mendekam dalam tubuh ini; dan tolong berilah saran-saran jitu supaya saya mampu membaca Laskar Pelangi atau Ayat-ayat Cinta.

Sebelumnya saya haturkan terima kasih.

Wasalam,
T. Nirilahi

NB:
Bacalah tulisan ini seolah-olah engkau akan mati esok pagi atau tinggalkanlah seolah-olah engkau akan hidup seribu tahun lagi (Mutafaq-alaih).

Ulah serius teuing atuh Mam!

Senin, 13 Oktober 2008

Ikhlas

Ada buku bagus. Saya sudah membacanya beberapa kali sejak ia terbit dalam bahasa Indonesia. Kertas cetaknya tidak semewah buku-buku Harun Yahya, tidak banyak gambar berwarna, dan tidak pula banyak tanda seru di dalamnya. Berikut ini salah satu bagian yang saya suka:

Pendeta pengirim surat kepada saya yang sudah dibicarakan dalam bab sebelum ini menemukan imannya melalui seekor tawon. Charles Darwin kehilangan imannya juga dengan seekor tawon: “Saya tak bisa meyakinkan diri sendiri,” tulis Darwin, “bahwa Tuhan yang Mahakuasa dan Maha Pemurah secara terencana menciptakan Ichneumonidae yang sengaja dimaksudkan agar makhluk ini memakan ulat hidup-hidup dari dalam tubuh ulat itu sendiri.” [...]

Kebiasaan mengerikan yang dirujuk oleh Darwin terdapat pula pada sepupu makhluk tersebut, yaitu tawon gangsir... Tawon gangsir betina tidak hanya menaruh telurnya di dalam badan seekor ulat (atau belalang atau lebah) agar larvanya dapat memakan hewan tersebut dari dalam, tapi menurut Fabre dan peneliti lain, tawon betina itu dengan hati-hati menusukkan sengatnya ke dalam tiap simpul sistem saraf pusat mangsanya, sedemikian rupa sehingga membuatnya lumpuh namun tidak mematikan. Dengan demikian, dagingnya akan tetap segar... Ini terdengar buas-keji tapi, seperti yang akan kita lihat, alam tidaklah buas-keji, hanya tak acuh saja. Inilah salah satu pelajaran paling sulit buat manusia. Kita tidak mempu mengakui bahwa ada hal-hal yang bersifat tidak kejam maupun tidak welas-asih, cuma tanpa rasa—tidak pusing dengan segala derita, tidak punya tujuan apapun juga.

diambil dari:
[Dawkins, Richard, 2005, Sungai dari Firdaus, Jakarta: KPG, hlm. 107-8]

Bacalah, mudah-mudahan buku ini berfaedah. Sungguh, semoga Tuhan melimpahkan rahmat dan keselamatan untuk makhluk sejenis Dawkins ini. Buku ini membuat kita bisa ikhlas berada di dalam kehidupan; ikhlas bahwa Dia tidak pernah ada.

Rabu, 08 Oktober 2008

Ayo Berdoa

BEJ ditutup sementara. Bursa saham Rusia sudah tutup sejak tiga hari lalu. Indeks bursa di Timur Tengah jatuh sampai minus enam belas. Korporasi kapital keuangan raksasa dunia berturut-turut ambruk. Golden Sach dan AIG tinggal tunggu malaikat Izrail datang. Ada apa? Apa yang sedang terjadi? Katanya krisis ekonomi. Ayo berdoa kepada Tuhan supaya Dia selamatkan dunia dari krisis ekonomi yang sedang melanda delapan penjuru mata angin.

Kata para pengamat, krisis kali ini adalah soal keserakahan. Orang hanya mengejar keuntungan buat dirinya sendiri tanpa peduli orang lain. Apa betul baru kali ini kapitalis-kapitalis keuangan itu serakah? Ayo berdoa kepada Tuhan supaya Dia menyadarkan kaum serakah itu sehingga mereka menjadi pemurah dan peduli sesama!

Sekali-kali kasih dia kerjaan di dunia ini.

Senin, 06 Oktober 2008

Bertobatlah!

Bertobatlah segera
Ambil pada potongan waktu terdekat
Bertobatlah secepatnya
karena hari terakhir segera tiba
Perhatikan pertanda:
Orang kian giat memahat kekosongan
dan membuat arca Tuhan darinya
Mereka bikin surga dari darah kepala yang dipentungi;
dari rekah tulang kaki yang dibacoki;
dari patahan gerobak yang diobrak-abrik.
Mereka balut arca kosong itu dengan kain-kain putih;
menyiraminya dengan parfum tanpa alkohol;
sambil serukan kata-kata asing dari semenanjung gersang
dengan tambahan tanda seru yang banyak.

Wahai Engkau...
Tahukah, aku bersumpah penuh amarah!
Akan kutemukan persembunyianMu secepatnya
dan akan kuajak Engkau belajar Kimia Organik
itupun bila memang Engkau ada.