tag:blogger.com,1999:blog-29544576723190280082024-03-08T15:02:20.019-08:00Serikat Ikan Tanpa SepedaMANUSIA HIDUP TANPA TUHAN,
BAGAI IKAN HIDUP TANPA SEPEDA...Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.comBlogger56125tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-5212359186364869632009-09-30T23:26:00.000-07:002009-09-30T23:28:36.774-07:00kapitalismeKapitalisme tidak hanya dibangun di atas pengusiran-pengusiran, kolonisasi, dan kokangan senjata. Ia juga dihidupi semangat pembebasan. Seruan terpenting revolusi borjuis ialah kemerdekaan, kesetaraan, persaudaraan. Demi pembebasan manusia dari penindasan ini, sebagai kelas tertindas di dalam formasi sosial feodal, borjuasi berjuang penuh semangat memenggal semua kepala naga feodal dalam perang panjang mereka. Mereka tebas leher Louis XIV dan mendirikan parlemen; mereka runtuhkan kuasa Paus dan mencetak Alkitab untuk umat awam; mereka lepaskan uang dan pasar dari kerangkeng perupetian kuno dan membiakkan ekonomi pasar-bebas; mereka juga berhasil ciptakan ilmu dan teknologi modern yang mengubah pandangan tentang bumi dan menjadikannya salah satu tumpuan proyek industrialisasi. Dihapuslah segala mitos tentang omong-kosong indahnya hirarkhi dan sucinya bumi. Semua manusia setara di hadapan Kapitalisme, dan bumi bukanlah Bunda Agung atau ladang semaian kasih Tuhan tetapi sekadar sumberdaya yang harus dikeruk demi produksi kemakmuran. Pokoknya, Kapitalisme telah memberangus semua sumber derita dan cerita-cerita palsu yang pernah hidup di jaman sebelumnya... dan<br /><br />kini kapitalisme sedang membunuh kita pelan-pelan.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-17618179294934853712009-07-06T00:51:00.000-07:002009-07-06T00:52:19.277-07:00In memoriam Samsir MohamadSeorang kawan tua baru saja mati. Delapanpuluh tiga tahun sudah dipinjamnya udara bumi. Sekarang tubuhnya siap dipersembahkan kepada bumi kembali. Mikroba akan bikin busuk dagingnya. Tanah akan urai susunan biokimianya. Masa akan lumat belulangnya. Tapi mereka tidak bisa meremukkan cita-citanya. Dia sudah lalui pertarungannya. Dia telah selesaikan tugasnya. Kita akan coba juga, sekarang. Ya, sekarang, di sini, di muka bumi ini.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-58619117375405437902009-06-02T18:10:00.001-07:002009-06-02T18:10:41.554-07:00KesaksianKira-kira waktu saya masih SMA saya dengar lagu ini. Judulnya kesaksian. Penyanyinya Kantata Takwa (Iwan Fals dkk.) Liriknya begini:<br /><br />Aku mendengar suara<br />jerit mahluk terluka<br />luka luka, hidupnya luka<br /><br />orang memanah rembulan<br />burung sirna sarangnya<br />sirna sirna, hidup redup<br />alam semesta luka<br /><br />banyak orang hilang nafkahnya<br />aku bernyanyi menjadi saksi<br />banyak orang dirampas haknya<br />aku bernyanyi menjadi saksi<br /><br />mereka dihinakan tanpa daya<br />ya, tanpa daya<br />terbiasa hidup sangsi<br /><br />orang-orang harus dibangunkan<br />aku bernyanyi menjadi saksi<br />kenyataan harus dikabarkan<br />aku bernyanyi menjadi saksi<br /><br />lagu ini jeritan jiwa<br />hidup bersama harus dijaga<br />lagu ini harapan sukma<br />hidup yang layak harus dibela<br /><br />orang-orang harus dibangunkan<br />aku bernyanyi menjadi saksi<br />kenyataan harus dikabarkan<br />aku bernyanyi menjadi saksi<br /><br />Karena saya tidak bisa menyanyi, saya akan coba bersaksi dengan cara lain. Insya allah.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-88498472995452162722009-05-18T17:45:00.000-07:002009-05-18T17:50:32.307-07:00Mengapa sosialis, mas?Pada suatu ketika, seorang kawan berkunjung. Ketika melihat lukisan baru yang saya pajang di kamar kos, dia bertanya: Siapa itu?. Rosa Luxemburg, jawab saya. Rosa itu siapa?, tanyanya lagi. Sosialis Jerman, jawab saya datar. Kenapa sosialis?, tanyanya lagi sambil bolak-balik menatap lukisan itu dan saya yang sedang mengetik.<br /><br />[Apanya yang kenapa?, pikir saya jengkel. Sosialis ya sosialis.]<br /><br />Apanya yang kenapa?, tanya saya dengan nada biasa-biasa saja. Kenapa kamu pasang lukisan sosialis?, tanyanya. Karena aku pengen kapitalisme diganti sosialisme dan saya butuh penyemangat, jawab saya ringkas. Kenapa begitu?, tanyanya lagi sambil mengambil duduk di samping kanan saya. Karena kapitalisme tidak betul, jawab saya. Kok bisa? desaknya. Apa salahnya kapitalisme? Bukahkah ia begitu baik? Bikin barang-barang murah. Bikin semua orang bisa naek pesawat! [Dan juga kecelakaan pesawat, hutan gundul, limbah, polusi, kampung kumuh, gembel, dsb-dsb, pikir saya sambil coba menenangkan diri]<br /><br />Saya coba cari cerita lain untuk mengalihkan topik pembicaraan.<br />Tidak ada lagi pembicaraan selama beberapa saat.<br /><br />Keheningan didobrak oleh pertanyaan barunya yang diutarakan dengan suara lemah-lembut. Kamu punya duit nggak?, tanyanya dengan wajah memelas. Punya beberapa lembar. Kenapa memangnya?, tanya saya. Aku perlu duit buat bayar kos. Kalo nggak dibayar minggu ini aku diusir, katanya pilu. Aku sudah malu pinjam-pinjam terus sama orang, desahnya.<br /><br />Aku bukan bank. Bukan juga badan amil zakat, kata saya padanya. Tapi aku bisa bantu kamu sedikit.<br />Bagaimana kalo kamu buat makalah tentang administrasi publik. Itu kan bidangmu waktu kuliah S1 dulu. Kupinjamkan laptopku, kusiapkan buku-buku yang diperlukan, dan aku nanti kasih kamu 25 ribu rupiah per judul. Tenggatnya bulan depan. Bagaimana?<br /><br />Boleh tuh. Tapi topiknya apa aja?, tanyanya tertarik. Kuberikan daftarnya. Ada 10. Artinya kamu akan dapat 250 ribu kelak, kataku merayunya. Wah, banyak bener, buat apa sih?, tanya dia. Pokoknya, kamu mau nggak? desakku. Mau-mau, katanya girang. Tapi kalo sudah jadi, buat apa makalah-makalah itu?, tanyanya penasaran. Aku akan kirim ke beberapa pejabat yang lagi sekolah pasca dan aku akan mendapatkan 250 ribu per judulnya. Wah, itu nggak adil! serunya. Masak aku yang bikin cuma dapet 25 ribu per judul sih!, serunya tambah kencang. Di mana letak ketidakadilannya?, tanyaku. Aku yang punya info pasarnya, kupinjamkan laptopku kepadamu, kusediakan buku-bukunya, kubebaskan kamu dari ngeprint, dsb, dsb... karena semua itulah aku punya hak atas 225 ribu per makalah!, seruku membalas serunya. Tapi... tapi aku yang mikir, aku nyusun makalah, dan aku pula yang mengetiknya..., katanya melambat. Silahkah kau mikir, kau susun, dan kau ketik pikiranmu di atas daun pisang, dan kau tidak akan dapat sepeserpun. Tanpa uang sepeser pun, kau akan jadi gelandangan, tau!<br /><br />Seperti dalam film-film drama, jeda setelah tanda seru terakhir menghasilkan hening.<br /> Itulah kapitalisme, ujar saya datar sambil terus mengetik cerita ini.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-57272637805225781952009-05-13T18:06:00.000-07:002009-05-13T18:10:39.357-07:00Apa?Apa yang bisa dilakukan orang-orang takut mati yang panik?<br /><br />1) Pura-pura percaya Tuhan, berdoa, lalu menunggu biar Tuhan urus semua persoalan.<br />2) Pura-pura tidak percaya Tuhan, mabuk wiski buatan Texas, lalu biarkan romantisme abad ke-18 bekerja lewat perusakan otak dan berpikir tidak ada masalah!<br />3) Pura-pura percaya Tuhan, memilih calon presiden yang wapresnya seorang murid Friedman, lalu menunggu biar Tuhan urus persoalan selebihnya.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-89864786096651867602009-04-28T17:37:00.000-07:002009-04-28T17:40:45.700-07:00QuisSiapa sih yang butuh tenaga kerja untuk dieksploitasi? Siapa yang harus bayar sekolah supaya kelak bisa dieksploitasi?<br />a. kelas pekerja<br />b. kelas kapitalis<br />c. preman<br />d. ustad<br /><br />kirim jawabannya ke alamat ini paling lambat sebelum kiamat 2012 tiba.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-28868208463717225002009-04-27T17:32:00.000-07:002009-04-27T17:34:13.986-07:00KiamatApabila kiamat 2012 tidak jadi, bagaimana kalo kita bikin?Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-21159675457400650912009-04-06T17:36:00.000-07:002009-04-06T17:41:53.533-07:00PolitisiPolitisi itu ibarat popok yang harus sesering mungkin diganti dengan alasan yang sama dengan popok.<br />[Tom Dobbs, film <em>Man of the Year</em>]<br /><br />Atau seperti usus buntu warisan evolusi kita ketika masih Homo Habilis, yang hingga sekarang diketahui tidak punya manfaat apa-apa buat tubuh.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-40320588522688685062009-04-01T17:44:00.000-07:002009-04-01T17:56:09.648-07:00George Soros dan PonirinMengapa George Soros lebih mulia daripada Ponirin? Sebab Soros menulis buku, bikin universitas, dan ngasih beasiswa. Dengan kekayaan dari perjudian raksasa yang bikin Ponirin miskin tetap miskin, George Soros mesam-mesem di Internet berperan jadi nabi. George Soros tidak pernah menghasilkan apapun selain kekayaan bagi dirinya sendiri lewat rumus mistik M-M+; itulah sebab dia mulia. Dunia sudah sesinting umat Nabi Hud yang menumpuk kekayaan tanpa membuat apapun yang berguna bagi orang lain. Dengan bikin buku, universitas, dan beasiswa, dia seolah-olah lebih mulia daripada Ponirin yang mencangkul sepetak lahan singkongnya di Gunung Kidul.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-39539473601174706172009-03-30T17:45:00.000-07:002009-03-30T17:49:21.723-07:00!!!Proletariat sedunia, menangislah! Restorasi kelas kapitalis sedang berlangsung. Bersatu atau tidak, kalian akan tetap kalah, karena tuhan berpihak kepada yang serakah!Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-62270332631540724972009-02-12T19:40:00.000-08:002009-02-12T19:41:48.945-08:00BangkaiSemua hidupan pasti bakal mati dan menjadi bangkai. Semua bangkai itu busuk baunya. Biar bangkai bajingan, santo, jembel, borjuis, anarkis, atau mujahid, tetap saja bau. Setelah beberapa hari, ia bisa berguna jadi makanan lalat, cacing, dan menyuburkan tanah. Itulah hukum biokimia.<br /><br />Apa yang bikin beda seseorang dengan orang lain bukanlah apa yang terjadi setelah kematiannya. Apa yang bikin beda ialah yang sudah dilakukannya ketika belum menjadi bangkai.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-24241717267840864542009-02-04T18:24:00.001-08:002009-02-04T18:24:38.691-08:00Terima Kasih Pak MarioPengendalian dan rekayasa keinginan. Kapitalisme menggiring manusia ibarat gembala menggiring domba-domba patuhnya ke dalam kerangkeng. Di dalamnya dimensi-dimensi manusia yang beraneka itu dipangkas cuma tinggal satu: sebagai komoditi belaka. Manusia dipandang sebagai benda. Akhirnya manusia juga ikut memandang dirinya (tanpa disadarinya) tak lebih dari sekadar benda. ‘Individu-individu bebas’ ditempatkan oleh dan menempatkan dirinya sebagai sekrup mesin raksasa sirkulasi penimbunan kekayaan demi kekayaan itu sendiri. Di dalam keadaan seperti ini, akhirnya, mengambil perumpamaan Theodore Adorno, manusia di bawah rezim kebudayaan Kapitalis berperilaku “... seperti narapidana yang mencintai kerangkengnya karena tidak ada hal lagi yang bisa dicintai”.<br /><br />Di dalam Kapitalisme, seperti dalam agama-agama lainnya, keluar jalur berarti murtad dan hukumnya jelas: pembasmian. Tidak ada sekam menyala sepercikpun yang bisa menerangi kegelapan dalam kebudayaan kapitalis. Semua bara telah dipadamkan. Semua pintu telah terkunci. Kita yang berada di dalamnya haruslah terbiasa dengan dan mencintai kegelapan. Ideal revolusi proletariat yang pernah menjadi bara pembakar kini telah padam. Ia telah menjadi sejarah abad ke-20; sudah menjadi dongeng sebelum tidur yang hanya cocok untuk meredakan lelah setelah sepanjang hari menjadi sekrup mesin Kapitalisme. Walter Benjamin pernah bilang bahwa kapitalisme sudah berhasil membasmi kemanusiaan dengan cukup baik sehingga “dapatlah dimengerti kalau manusia menjadi lelah dan mencabut nyawanya sendiri”.<br /><br />Di tengah terpaan badai ketololan yang rasional dari ibadah M-C-M++, mereka serahkan satu-satunya jiwa kepada monster lain yang biasa disebut agama dan perusahaan motivasi. Seperti semua hal yang menyerap banyak konsumen, kapitalisme memperkembangkan manajemen pemasaran yang, alhamdulillah, kian baik untuk komoditi ini. Terima kasih Pak Mario.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-48263571170263997082009-01-28T20:05:00.000-08:002009-01-28T20:06:40.062-08:00Aku, Neturei KartaAku tahu ada banyak salah paham di Indonesia tentang kami, umat Yahudi. Betapa kesalahpahaman itu berangkat dari ketidakpedualian yang mendekati kebodohan, patut disayangkan. Mereka pikir bahwa di dalam praktiknya Islam itu satu adanya. Secara normatif (jangan-jangan istilah normatif di sini juga tidak mereka pahami), Islam itu tunggal; Islam adalah kebenaran satu-satunya. Tapi setahuku ragam praktik dan kepercayaan yang menamakan diri dan dinamakan oleh orang lain sebagai Islam itu banyak. Bahkan di Indonesia sendiri. Nah, begitu pula keadaannya dengan kami. Secara normatif Yudaisme itu satu adanya. Namun di dalam kehidupan manusiawi ada banyak praktik dan keyakinan yang berbeda-beda tentang banyak hal.<br /><br />Secara garis besar seorang Yahudi itu bisa digolongkan ke dalam dua baris, yaitu Yahudi Rabbaniyyah (Rabbinite) dan Yahudi Karaiyyah (Karaite). Rabbaiyyah mempercayai keberadaan selapis umat yang berwenang memimpin, yaitu para rabi atau guru-guru yang kedudukannya setara dengan kedudukan pendeta atau pastur dalam agama Nasrani. Sedangkan golongan Karaiyyah menolak keberadaan rabi sebagai lembaga keagamaan. Golongan Rabbaiyyah juga tidak hanya mengakui Alkitab dengan Torah sebagai intinya, tetapi juga menerima Talmud (Kitab Tafsir Alkitab) yang disusun dari berbagai tafsir atas ayat-ayat hukum dan akidah sepanjang tahun 500 SM hingga 200 SM sebagai kitab suci sumber hukum baku. Sementara itu golongan Karaiyyah hanya mengakui Alkitab.<br /><br />Di dalam barisan Rabbaiyyah ada banyak lagi kelompok-kelompok kepercayaan berdasarkan sikapnya terhadap tradisi keagamaan. Gampangnya barisan Rabbaiyyah terpilah-pilah menjadi Ortodoks, Konservatif, Reformasi, dan Liberal. Pemilahan ini hanya secara kasar saja. Ada banyak lagi kriteria pemilahan yang juga mencakup sikap politik dan kultural terhadap banyak hal.<br /><br />Aku dan golonganku biasanya digolongkan ke dalam barisan “Yahudi Ortodoks” yang mencakup juga apa yang dikatakan para sosiolog agama sebagai golongan “ultra-ortodoks”. Pada prinsipnya kami percaya bahwa sumber hukum agama adalah Torah, Talmud, dan tradisi keagamaan Rabi. Terkait dengan Zionisme, yang secara keliru dianggap sebagai aliran Yudaisme, kami menolaknya. Sebabnya Zionisme tidak sejalan dengan pemahaman kami atas Alkitab dan tradisi Yudaisme.<br /><br />Dalam hal keberadaan Negara Israel, kami menolak mentah-mentah. Bagi kami hanya Mosiach (Juru Selamat yang diurapi Tuhan) yang boleh mendirikan Negara Israel bagi bangsa dan umat Yahudi. Selama masih ada bangsa Yahudi yang tinggal di luar Kanaan, maka Negara Israel tidak boleh didirikan. Apalagi oleh orang-orang berpandangan sekuler seperti Ben Guiron dan kawan-kawannya itu. Selama bangsa Yahudi berada dalam diaspora, maka mereka harus tunduk kepada pemerintah setempat, tentu saja selama pemerintah tidak menghalangi kami untuk beribadat kepada Tuhan.<br /><br />Jadi alasan kami menolak Negara Israel sangat teologis sifatnya. Negara Israel tidak sah karena tidak didirikan oleh Juru Selamat kami. Negara Israel yang berdiri sekarang di tanah Palestina juga dilandasi ideologi Zionisme yang kami tolak sepenuh hati sebab tidak hanya karena didirikan oleh seorang Theodore Hertz yang anti-Yudaisme, tetapi juga karena ideologi ini melanggar hukum dan tradisi Yahudi. Mereka juga menolak Yahudi Sephardik (saudara-saudara kita dari dunia timur) sebagai Yahudi.<br /><br />Saya tidak bisa bicara banyak. Di sini saya hanya ingin menegaskan bahwa umat Yahudi itu beraneka, termasuk juga golongan yang menolak Negara Israel dan Zionismenya. Anda bisa memperoleh keterangan tentang kami di www.nkusa.orgTangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-76377953987813102852009-01-20T22:39:00.000-08:002009-01-20T22:40:43.801-08:00Oh Palestina lagiHai, anak-anak Palestina, sial betul nasibmu. Kalian hidup di antara dua pion haus darah. Di kananmu Hamas; di kirimu Israel. Kalian tidak akan paham: Apa maksud Hamas sok jagoan menembakkan rudal ke perkampungan Yahudi Israel? Apa maksud Israel membantai sesiapa saja yang bisa dibantai? Apa maksud Hamas tidak pakai seragam dan menyatukan diri mereka dengan penduduk biasa? Apa maksud Israel mengebomi rumah sakit? Semua pertanyaan ini pasti tidak bakal bisa kalian tahu jawabnya.<br /><br />Hai, anak-anak Palestina, sungguh malang nasib kalian. Krisis kapitalisme selalu perlu wilayah investasi baru.Ketika minyak, perumahan, dan keuangan sudah jenuh, industri persenjataan adalah yang selalu berulang kali jadi primadona. Sementara itu, laba hanya tampil ketika komoditi dikonsumsi. Bagaimana mengkonsumsi komoditi persenjataan? Pertanyaan inipun tidak akan sanggup kalian jawab.<br /><br />Ayolah jangan tertipu. Perang-perang kecil seperti ini semacam test-drive untuk komoditi perang. Tidak ada hubungannya dengan kebencian agama. Agama cuma selubung dan bekal imajinasi dalam konsumsi senjata. Karena tanpa itu tidak akan ada konsumsi perang. Sudah jadi hukum kapital bahwa tanpa konsumsi, nilai-lebih yang selama produksi dihisap tidak akan muncul sebagai laba.<br /><br />Ayolah sadar. Ketika semua bidang produksi lesu; semua sektor konsumsi melemah, maka perang adalah konsumsi mewah yang bisa menaikkan kembali gairah kapital dunia. Kalian pikir senjata-senjata Hamas itu turun dari langit? Apa kalian pikir mesin-mesin perang Israel itu kiriman Herodes yang makamnya baru ditemukan itu? Tidak, kawan. Mesin-mesin pembunuh itu dihasilkan pabrik, dan pabrik-pabrik itu adalah lahan kapitalisasi triliuan dolar.<br /><br />Orang-orang kabinet Israel akan bilang—seperti juga yang pernah dibilang Imam Samudra dan Ali Imaron—bahwa korban anak-anak, perempuan, dan lansia yang seribuan itu sekadar colateral damage, korban sampingan belaka. Logika pertahanan diri—logika serupa yang dipakai Usamah bin Ladin waktu meruntuhkan Menara Kembar Wallstreet—pasti menjadi alasan Israel dalam pesta pembantaian itu.<br /><br />Pion-pion sedang bergerak dan kita hanya memperhatikan mereka. Di balik itu, kapitalisme brutal tetap melenggang tanpa gugatan yang berarti, kecuali dari para marxis kelas teri yang ketinggalan jaman itu.<br /><br /><br /> NB<br />Ayo berdoa sampai kalian tidak bisa kentut! Mudah-mudahan Tuhan belum terlalu tua untuk mendengarnya.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-33011205151687830602009-01-14T21:43:00.000-08:002009-01-14T21:49:07.625-08:00Oh, PalestinaSaat manusia bisu, senjata menggantikan kata-kata. Ratusan orang Palestina mati. Beberapa orang Israel mati. Pemerintahan semoderat Kadima bisa bikin ulah sebrutal orang-orang Likud. Apa sebab? Politik. Yeaah, bisa saja kita bilang begitu. Tapi yang kutahu, Hamas juga tidak sesuci yang dibayangkan. Seperti juga politikus manapun di dunia ini.<br /><br />Entah adil atau tidak untuk mendukung salah satu pihak yang sama-sama tolol itu. Yang aku tahu, rakyat Palestina hancur berantakan dan tuhan sama sekali tidak penting di sana. Buat bangsa Palestina, ini semua bukan azab, cobaan, atau ujian. Buat Israel ini bukan karunia Tuhan. Semua bisa seperti ini karena persenjataan dan intelejen Israel lebih baik. Lobi dan bukan doa mereka yang kuat. Sementara itu apa yang bisa kalian kerjakan? Untuk menggerakkan simpati orang-orang Wahabi di istana Saud saja kalian tidak becus. Atau apakah karena dalam Wahabiyah kepentingan Amerika setara dengan ijma’? Buat kawan-kawan muslim, kenapa pura-pura tidak tahu jalan ke kedutaan Saudi Arabia? Mereka lebih punya uang buat ngasih bantuan ke Palestina. Daripada demo di Mc Donald, lebih baik suruh habib-habib berhati mulia itu melobi istana Saudi buat nutup perusahaan minyak Amerika atau minimal menyetop bantuan tahunan Amerika ke Israel! Kalau mereka sanggup, saya akan traktir semua orang yang pernah demo anti-Israel makan di warteg sepuasnya selama sebulan penuh.<br /><br />Berita terbaru: Venezuela mengutuk Israel. Beranikah orang-orang Wahabi di Istana Saud bertindak sama? Paling-paling mereka cuma bisa bilang: "Semua kejadian ini sudah ada yang menentukan, kita serahkan kepada Yang di Atas; pasti ada hikmahnya". Dan terdengarlah sebaris pendek ujaran berbau Inggris: <em>catshit</em>!Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-19057406498248804222009-01-07T18:09:00.001-08:002009-01-07T18:10:50.763-08:00Hikmah Sebuah BukuBeberapa waktu lalu saya pinjam sebuah buku dari teman, judulnya <em>Is Religion Dangerous</em>? Dalam hati yang busuk ini, saya menjawab sinis: tentu saja. Prasangka buruk kepada agama sudah melekat begitu rupa dihati saya bagai panu yang sudah bertahun-tahun mangkal dekat siku. Penulisnya, Keith Ward, seorang teolog saleh yang berupaya sekuat tenaga menjadi ilmuwan. Kata pemilik buku, buku ini memberi imbangan pandangan terhadap agama. Agama itu ada sisi buruknya, tapi pada dasarnya sisi baiklah yang dominan. Agama itu penting sebagai sumber nilai-nilai hidup bagi mereka yang belum bisa menjadi individu. Agama merupakan penuntun batin manusia agar kembali ke jalan yang benar sebagai manusia. Katanya, tanpa agama dunia yang brutal akan lebih brutal lagi.<br /><br />Cukup terharu juga saya membacanya. Penulisnya berupaya meyakinkan bahwa kita musti mencoba sudut pandang lain melihat agama. Segala tuduhan yang selama ini dialamatkan kepada agama sebagai pengobar perang dan mesin penindasan tidak harus disangkal, namun agar seimbang, kita juga harus mengangkat nilai-nilai keagamaan yang telah membantu manusia melalui masa-masa sulit di tengah sejarah dunia yang hampir tanpa hati ini.<br /><br />Semakin dalam pembacaan saya, kian tergali hikmah-hikmah yang belum pernah mampir sebelumnya. Hati ini terhenyak dan terus bergetar karena deru keindahan argumentasinya. Akhirnya, setelah halaman terakhir disudahi, saya mengambil lembar kesimpulan terakhir di bawah peti hati dan membaca kalimat ilham yang berkelebat bagai suara Jibril: agama tidak sebegitu penting seperti yang coba diyakinkan buku ini. Dunia tidak akan lebih ramah bagi yang lemah ketika agama meraja. Agama itu ibarat kegelapan yang membuat akar randu tampak seperti ular. Agama juga ibarat mimpi indah saat ketiduran di stasiun kereta yang membuat saya merasa playboy padahal jomlo.<br /><br />Terima kasih atas karuniamu yang memberiku kekuatan untuk tidak mempercayai keberadaanmu beserta nilai-nilai hidup yang katanya datang darimu.<br /><br />N.B. Berbilah-bilah buku sok ilmiah dengan logika yang persis kepunyaan pedagang sendal dari Garut dan sudah kukenal sejak belasan tahun lalu tidak akan memotong apapun di sini. Maaf.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-31261001510914181672009-01-04T16:37:00.000-08:002009-01-04T16:39:15.886-08:00Aku Marah Nih!Segerombol serigala coklat membantai penduduk desa di Bengkalis Riau. Serigala-serigala haus darah itu dilepas dari kandang-kadang busuk mereka. Penduduk desa dipentungi bagai anjing kudisan yang masuk restoran, digebuki layaknya kasur kapuk berkutu, disemprot kanon air ibarat karpet bertai kucing, dan dibakar layaknya sampah!!!<br /><br />Hei serigala coklat! Sepertinya luka, darah, dan kematian petani-petani lemah itu lirik lagu Peter Pan bagi kalian. Rupanya pelatihan, dana, dan senjata hasil hutang dari tuan-tuan pirang dan dari pajak rakyat itu kalian pakai buat mencincang rakyat sendiri; rakyat yang tidak pernah mengemis di depan rumah kalian; rakyat yang mencangkul sendiri ladangnya untuk ngasih makan anak-anak mereka!<br /><br />Hei serigala ber-IQ di bawah 110! Kelakuan kalian persis prajurit KNIL terhadap kaum inlander. Kalian abdikan umur yang tidak seberapa lama itu hanya untuk menjilati bokong pemilik modal! Lihat saja di cermin, lidah kalian sudah hitam saking seringnya menjilat pantat setan!<br /><br />Aku marah nih! Aku marah bukan cuma kepada kalian. Aku marah kepada diriku sendiri juga, sebab aku tidak bisa menghilang. Bila aku sanggup tak terlihat, akan kudatangi kalian dan kucincang kalian. Akan kujadikan daging kornet atau sosis yang lebih bermanfaat meningkatkan derajat gizi rakyat miskin. Akan kukirim sebagian daging kalian ke kebun-kebun binatang yang ada di Jawa supaya menjadi makanan singa atau buaya! Itu lebih berharga ketimbang kalian masih hidup dan membabi buta membunuhi rakyat sendiri.<br /><br />Aku marah! Karena cuma bisa nulis di blog sialan ini! Kawan-kawanku yang wartawan bilang tidak ada berita tentang pembantaian yang dipentaskan 18 Desember kemarin. Sungguh hebat. Roh su’udzonku bilang media massa itu seperti tai kucing bagi petani: sama sekali tidak berguna untuk pupuk! Media massa bisanya beritakan Ariel yang mau kawin lagi atau heboh beritakan selingkuhnya artis-artis tai kucing itu.<br /><br />Aku paham. Tentu saja kalian cuma onggokan daging dengan tatanan tulang-belulang yang harus bertahan hidup dari hari ke hari sambil pura-pura tidak mendengar rakyat kalian dibantai satu per satu dari hari ke hari demi menyuapi mulut serakah kapitalis! Kalian punya bos yang akan pecat kalian bila kalian ngeyel. Aku paham. Aku paham karena kita ada di dalam kelas yang sama: kita sama-sama pekerja yang mengandalkan upah untuk makan, membeli susu buat bayi-bayi kita, dan membeli sepotong BH baru buat ibunya. Aku paham. Kalian tidak perlu risau bila tidak memberitakan pembantaian rakyat demi kebun sawit.<br /><br />Buat mereka yang terampil berdoa sambil menangis, aku cuma bisa berharap kalian tidak hanya suka berdoa di masjid-masjid mewah bersama ibu-ibu pejabat yang wangi-wangi itu. Pernahkah kalian tangisi pedihnya digusur dari ladang demi memenuhi kerakusan tuan-tuan? Pernahkah kalian tersedu saksikan rakyat miskin di negeri kalian sobek kepalanya dipentungi hanya karena kebun-kebun sawit akan dibangun di atas ladang-ladang mereka? Aku yang tidak punya sepeda ini yakin mengatakan: TIDAK! Kalian makhluk bebal sejenis bagal. Yang kalian pikirkan hanya pergi ke surga sendirian! Tidak. Tidak ada surga buat kalian. Surga hanya ada untuk mereka yang tertindas! Surga hanya buat mereka yang menyembah tuhan dengan mencangkul ladang,bagi mereka yang cucurkan keringat untuk hidupi keluarga, dan bagi mereka yang bertarung melawan setan-setan rakus penghisap darah pekerja. Kalian hanya gumpalan daging busuk pemalas yang tidak menghasilkan apapun selain omong-kosong buat orang-orang pemalas. Seandainya aku nenek sihir, akan kukutuk kalian menjadi kodok dan kudoakan semoga roda pedati menggilas kalian!Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-83217506761062811082008-12-14T17:46:00.001-08:002008-12-14T18:02:02.514-08:00Saya pernah tertipuSaya pernah tertipu. Waktu itu malam gelap. Sudah beberapa hari gerimis turun dari pagi hingga malam. Matahari tentu saja masih ada di siang hari, dia hanya tertutup awan. Bumi temaram sepanjang siang dan pekat sepanjang malam. Di antara siang dan malam, hanya nyamuk sial yang lahir terlalu dini yang berupaya bertahan hidup dari rumah ke rumah. Senja itu temaram, 80 persen gelap. Kuberjalan hati-hati menuju kontrakan lewat jalan pintas melewati kebun. Percik cahaya neon dari kamar mandi tetangga sebelah menuntunku menemukan celah kering di antara genangan. Tiba-tiba ada sosok bayangan di dekapan gelap bergerak-gerak. Lambaian tangannya seperti sapu tangan Lady Di diterpa angin musim gugur Birmingham atau sari Bunda Theresa tertiup angin kemarau Kalkuta. Aku tertegun sejenak. Kubayangkan dia, yang selama ini sering diceritakan orang kepadaku, berdiri di sana. Ya, dia ada rupanya. Jelas, dia di situ hendak menguji imanku. Retinaku bekerja keras memeras partikel cahaya yang tersisa. Tebar cahaya neon dari kamar mandi tetangga sebelah sudah menipis. Sisa-sisa cahayanya mempercepat hormon ketololan yang tergenjot cepat naik dari dengkul ke benak. Ketika alunan percaya mulai merasuki pikiran lelahku yang telah seharian bekerja, seperempat detik bagai kelebat kilat yang pernah dianggap sebagai Cambuk Dewa itu, kepercayaanku pudar. Gerobak nasi goreng menderu ke arah kami. Cahaya petromaks menyibak tabir. Alhamdulillah, ternyata dia hanya sebatang pohon pisang dengan daun meliuk-liuk diterpa angin musim hujan.<br /><br />Kutarik hikmah dari sisa-sisa tabir yang sedang menguap itu: hanya orang-orang dalam kegelapan yang percaya bahwa akar pohon randu adalah ular. Terima kasih, petromarks.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-79651533428364703182008-12-09T17:23:00.000-08:002008-12-09T17:25:19.692-08:00Persoalan terakhirDi kamar kontrakan, beberapa menit sebelum mandi, aku tengadahkan wajah ke langit senyap dan bersyukur kepadamu tuhan bahwa aku masih tidak mempercayai keberadaanmu.<br /><br />Selesai mandi, sambil membereskan persoalan upil terakhir yang tersudut di dinding atas lubang hidungku, aku mengagumi tetes-tetes godaan untuk percaya yang hampir selalu mampir seperti air hujan yang masuk ke kamar lewat genting retak. Mungkin penting bagiku mempercayaimu, karena meski tidak begitu besar namun kuterima gaji bulanan dan bisa memilih makan apa besok siang di warteg. Tetapi engkau sama sekali tidak penting buat rakyat jelata selain sebagai badut yang mendongeng soal tetek-bengek kehidupan bahagia di balik derita ketika mereka hendak teriakkan TIDAK kepada kebobrokan dunia ciptaanmu!<br /><br />Aku sama sekali tidak mual kepadamu. Engkau tidak begitu bacin dan berlendir. Aku juga tidak membencimu. Engkau toh tidak begitu pelit seperti dosen killer yang pernah memberiku nilai C tiga tahun berturut-turut. Aku hanya tidak habis pikir, sebetulnya apa sih arti pentingmu untuk ada di dalam benak-benak mereka itu. Mungkin kau pikir aku terlalu bebal karena aku tidak menemukan hikmah secuil pun di balik tai kucing yang mengering di pojokan itu. Mungkin kau pikir aku reinkarnasi keledai karena tidak bisa melihat cahayamu di balik pekatnya penindasan.<br /><br />Bila engkau liang <em>keuyeup</em>, aku sudah menutupmu dengan lumpur belasan tahun lalu. Bila engkau elang Jawa, pemburu dalam jiwaku telah membuatmu punah belasan tahun lalu. Jangan pernah datang lagi padaku dalam rupa apapun. Aku harap mengertilah. Godaan yang kau tawarkan dalam 40 hari perenungan ini tidak akan berhasil. Engkau tahu, manusia tidak hanya hidup dari roti, tapi harus dengan selai kacang, bubuk coklat, atau parutan kejunya juga.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-39019137771471235102008-12-08T16:16:00.000-08:002008-12-08T16:18:16.037-08:00Dear WartawanBeberapa waktu ke depan mungkin kamu akan bertarung mempertahankan hidup yang masih mimpi itu melawan kenyataan berkembangbiaknya banyak khurafat, salah satunya “... berupa ketakutan berukuran sekotak kecil yang dapat dibawa perempuan ke manapun... dan fungsi yang sangat penting dari posisi perempuan sebagai sosok cantik (yang ketakutan) adalah untuk membeli lebih banyak barang demi tubuhnya...” (Naomi Wolf, <em>The Beauty Myth</em>).Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-13092905626916801022008-12-04T16:24:00.000-08:002008-12-04T16:25:30.096-08:00Lumpur BakrieKasus semburan lumpur Lapindo mengajariku beberapa hal sebagai berikut:<br />1) ilmuwan dan kapitalis bekerja sama coba kelabui orang awam bahwa kejadian itu ulah alam. Buat yang tidak mau kerja sama, silahkan ngojek untuk biayai sekolah anak-anaknya,<br />2) media massa, sejauh tidak ada kepentingan si pemilik kapitalnya dalam suatu persoalan akan tetap menayangkan berita kepiluan para korban,<br />3) pemerintah paling suka menjadi resi bijaksana dan lemah-lembut kepada mereka yang kuat,<br />4) kapitalis itu mahluk paling mulia yang pernah diciptakan setan,<br />5) tuhan terlalu tidak penting untuk diajak kerjasama.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-58099929140183553122008-11-21T22:19:00.000-08:002008-11-21T22:20:59.450-08:00Badai tidak akan berlaluSaya baru pulang dari suatu tempat di luar pulau Jawa. Tak ada koran, sinyal hp, atau televisi selama seminggu lebih. Di bandara pertama kali buka koran. Masya allah, krisis makin brutal.<br /><br />1997-1998, Krisis Moneter Asia memicu krisis ekonomi lebih luas. Sektor spekulasi keuangan menggerogoti ekonomi riil hanya makan waktu sepeminum teh. Pabrik-pabrik tutup, buruh-buruh menggerombol di pinggir sampah kota. Borjuis kota yang pasokan rotinya bisa untuk belasan tahun tanpa kerja itu juga merasakan guncangannya. Dengan penuh penghormatan pada optimisme, mereka bilang Badai Pasti Berlalu.<br /><br />Milenium baru dibuka dengan tanpa-tanda perbaikan. Seolah-olah petumbuhan ekonomi merambat naik dan itu artinya kemakmuran kembali dari pengunsiannya. Dengan penuh percaya diri mereka bilang: Badai Sudah Berlalu. Tapi mereka lupa ada di mana. Kita ada di dalam limbah kapitalisme yang paling beracun. Tidak ada badai yang akan berlalu.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-4437821445920647762008-11-11T18:46:00.000-08:002008-11-11T18:47:19.506-08:00Dengan Nama Uang 2Pusat-pusat ziarah Agama Uang bertumbuh di hampir tiap prapatan di kolong langit ini. Doa-doa dipanjatkan lewat bit-bit elektronik dalam kekhidmatan amati pergerakan angka-angka bursa hampir tanpa henti. Sekolah-sekolah calon imam mereka juga bukan hanya menghasilkan para rahib dan padri yang fanatik dan religius, tetapi juga laba berkelimpahan bagi pendirinya. Orang-orang kafir sosialis yang kurang ajar itu selayaknya menyingkir dari setiap jalan. Sebab upacara dan mantra-mantra agama Uang telah menundukkan semua lapisan masyarakat ke dalam dekapannya. Bukan masanya lagi serikat buruh dan omong kosong perjuangan kelas. Kini masanya perjuangan individu-individu di meja judi raksasa dalam kebebasan paripurna menggapai kemewahan.<br /><br />Media-media massa adalah humas-humas kuil yang menyebarkan kumpulan fatwa resmi yang tidak hanya menebar sirap untuk menaungi setiap individu dari panasnya godaan untuk menguak tabir, tapi juga tunduk pada pengumpulan dan pemusatan kapital yang menjadi hukum mulia dalam dunia ini. Semua jalan telah dipasangi kamera-kamera pengintai yang siap merekam segala ketololan para pencari alternatif. Sudah tidak ada jalan yang lowong bagi iring-iringan serikat buruh dan perjuangan kelas. Para padri post-modern pun telah mewartakan gerakan sosial baru sebagai jalan perlawanan mulia yang tidak lagi berbasis kelas. Perjuangan kelas bukan urusan manusia waras lagi. Hanya jembel-jembel komunis dan pemuja fosil Karl Marx saja yang masih mengumandangkan l’Internasionale yang fals itu.<br /><br />Uang. Dengan segala bentuknya yang kian canggih dan gaib, kini ia bukan hanya satu alat komunikasi. Ia menjadi satu-satunya. Monoteisme radikal ini diwartakan dengan wortel dan pentungan. Tidak ada pilihan ketiga. Serdadu dari semua negeri siap menyabung nyawa demi menjaga kesuciannya. Para politikus di delapan penjuru mata angin rela bersimbah kesenangan hidup demi membela kelangsungannya. Insinyur lecut semangat membanting tulang menyempurnakan teknik akumulasi dan ekspansinya. Agamawan giat menimbun tirai untuk tutupi kotorannya. Tugas suci sudah menunggu anak-anak manusia yang sedang menuntut ilmu di madrasah-madrasah borjuis. Padang harapan hanya ada di dalam kuil-kuilnya. Tak ada kebenaran di luarnya. Bahkan ke tepiannya pun kita khianat.<br /><br />Uang menjadi satu-satunya alat komunikasi. Ia menerjemahkan semua lapisan sosial. Ia menerjemahkan martabat manusia. Ia menjadi panduan suci segala tindakan. Ialah hakim paling adil dan jaksa paling tegas. Baik-jahat dan benar-salah hanya bisa ditimbang dengan lembarannya. Dunia adalah pasar. Semua orang adalah pedagang. Semua nilai adalah komoditi. Semua yang padat menguap di udara. Tidak ada lagi aura kesucian di jubah seorang dokter, ilmuwan, guru, atau rohaniwan. Uang telah melunturkannya. Bagi kapitalisme, mereka tak lebih dari sekadar penjual jasa. Siapa pun yang mampu membelinya, dialah yang akan dilayani.<br /><br />Dunia sudah berubah, Nak. Proletarmu tidak akan tahan memikirkan sesuatu yang aneh-aneh seperti revolusi atau perjuangan kelas. Sekarang adalah waktunya para nabi palsu mengabarkan bahwa kiamat sudah dekat. Katanya 2012. Kalaupun asteroid yang akan menghancur-leburkan bumi itu terlambat datang, paling-paling seratus atau seratus limapuluh tahun saja rentang kelambatannya. Kalau itu benar, semoga saja di akhirat tidak ada kapitalisme. Tentu saja di sana tidak ada kapitalisme dan penindasan, Nak. Karena akhirat sendiri tidak ada.<br /><br />NB:<br />“Apa yang sesungguhnya kau harapkan? Tidak akan pernah ada yang lebih baik dari saat ini dan tidak akan pernah ada lagi. Tak ada orang yang tampil menyelamatkan dunia karena memang tak seorang pun peduli pada dunia. Itu cuma ocehan anak-anak bodoh. Cari kerja, dapatkan uang, kerja sampai usiamu 60 tahun, lalu pindah ke Florida dan mati” (Daniel Quinn, Ishmael, 9).<br />Terima kasih, pak.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-45514129601809688352008-11-10T17:14:00.000-08:002008-11-10T17:20:08.055-08:00Dengan Nama Uang 1Tentu saja umur uang sudah setua peradaban. Seperti bahasa-pasaran bagi para pekerja pembangunan Babel, ia ada bersama tumbuhnya Jericho sebagai kota niaga pertama di muka bumi. Tugasnya sama: sebagai alat komunikasi dengan sandangan lambang-lambang bermakna yang memungkinkan percakapan. Katun dari lembah Nil, sutra dari Tiongkok, tempayan dari desa-desa Tigris, zaitun dari lembah Cedar, ara dari Galilea, dan segala rupa barang dan jasa berinteraksi dan dipampatkan ke dalam angka-angka dalam logam mulia bercap penguasa.<br /><br />Uang hanya alat komunikasi. Namun, seperti juga waktu yang misterius dan akhirnya diberi mandat sebagai Dewa, uang yang juga sangat misterius akhirnya menjadi sesuatu yang seolah-olah hidup dalam dirinya sendiri dan memiliki daya kuasa maha dahsyat. Ruh telah ditiupkan ke dalam setiap kepingnya di mana pun ia terserak. Dukun sakti yang telah susupkan kehidupan ke dalam uang ialah Kapitalisme.<br /><br />Kapitalisme telah dan akan terus membangun kuil-kuil pemujaan Uang di delapan penjuru bumi. Upaya pembangunan itu dipercepat oleh proses yang disebut orang sebagai globalisasi. Teknologi canggih yang menunas dari dorongan hasrat buta perburuan laba tidak hanya menggelindingkan roda globalisasi semakin cepat, namun juga melahirkan anak haram kapitalisme, yaitu apa yang disebut Giddens sebagai ekonomi elektronik global (global electronic economy/GEE), sejenis sistem ekonomi yang kian menjauhi tetek-bengek kegiatan produksi barang. Ekonomi spekulasi keuangan yang mengandalkan kecerdikan teknologi Internet dan kelihaian pencitraan para CEO dalam jutaan pixel denyutan iklan menjadi satu-satunya jalan waras untuk menggandakan kapital secepat siklus tumbuh dan tanggalnya upil. Sudah bukan jamannya lagi kapitalis berkelakuan seperti para industriawan kuno yang membangun pabrik, mempekerjakan buruh, dan menghasilkan peniti atau sepatu kulit. Biarlah kegiatan buang-buang waktu itu dijalani kapitalis ortodoks pengikut Nabi Smith. Kini jamannya monetarisme, bung. Nabi von Hayek telah tiba dari surga. Rasul Teacher dan Rasul Reagan wartakan Kabar Baik bagi korporasi-korporasi keuangan dan semua kapitalis seluruh negeri mengenai pembebasan dari derita kebodohan berkepanjangan di bawah kuasa jahat negara kesejahteraan dan ancaman iblis sosialisme. Bayang-bayang Keynes pun sudah bisa dihapus tanpa perlu merasa bersalah. Kini saatnya menebarkan Kasih kepada kelas terpilih untuk menguasai dunia demi kesejahteraan para pemuja kebahagiaan sejati di dalam nama Uang, Korporasi, dan Spekulasi... Amin.Tangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2954457672319028008.post-84605490047351928432008-10-28T22:49:00.000-07:002008-10-28T22:50:20.136-07:00Dari SetanPasar bebas itu suci. Barangsiapa mencoba ganggu-gugat keberadaannya berarti menistakan kebenaran abadi. Semua pemerintahan dan kaum politikus hanya ada untuk menjaga kesuciannya. Pemegang senjata telah dikaruniai berkat untuk menjaga kelanggengan kuil-kuil korporasinya. Hanya dengannya dunia makmur. Hanya melaluinya segala kebutuhan material terpenuhi dengan sedikit biaya dan sebesar-besarnya pilihan individu. Hanya Pasar Bebas yang memiliki keadilan sejati. Soal biaya-biaya sosial dan lingkungan untuk mencapainya, itu bukan urusan kita.<br /><br />ttd<br />SetanTangusti Nirilahihttp://www.blogger.com/profile/07375859323245544390noreply@blogger.com0