Krisis kredit perumahan Amerika dimulai tahun 2000. Denyut di gelembung keuangan global kian terasa. Makin lama denyutnya kian cepat seperti degup jantung maling yang dikejar massa. Lelehan keringat cemasnya sampai jatuh berkali-kali. Entah kepanikan alamiah atau kerakusan mulia yang mengalihkan para kapitalis ke gudang minyak. Tak perlu paham teori harga secara mendalam untuk mengetahui akibatnya. Harga minyak mentah dunia tiba-tiba naik begitu cepat, lalu luruh membawa hujan persoalan baru.
Pada mulanya lembaga-lembaga penyedia jasa keuangan lokal Amerika satu per satu ambruk. Lutut mereka tak lagi sanggup menanggung beban kredit macet perumahan karena produksi-berlebih. Kamudian korporasi-korporasi keuangan raksasa kalang-kabut karena dana cair yang dipertaruhkan di meja judi kertas berharga mulai kabur gambarnya. Ketika dadu dibuka, satu per satu mereka runtuh. Lehman Brother, Citygroup, Golden Sach, AIG, bergetar di meja judi raksasa. Persoalannya, dunia bukanlah petak-petak berbenteng yang masing-masing petak tertutup dari lainnya. Bumi yang menjadi datar seperti lapangan sepak bola sudah tak lagi punya petak. Keruntuhan ekonomi keuangan dunia merambat perlahan ke ekonomi riil. Pabrik-pabrik mulai mengemas kapital yang tersisa. General Motor menutup pabrik-pabriknya di Amerika minggu ini. Siapa berikutnya kita lihat saja.
Ada apa ini? Apa yang salah dengan perekonomian dunia? Apa yang keliru dengan kapitalisme?
Tidak. Bukan kapitalisme yang salah. Mereka para CEO lembaga keuangan yang salah. Mereka terlalu serakah. Mereka tidak hati-hati bermain di ladang gandum emas beranjau sektor spekulasi-keuangan. Kapitalisme tidak pernah salah karena ia alamiah. Sekarang, yang perlu dilakukan adalah gunakan uang hasil pengumpulan pajak untuk menalangi dana cair lembaga-lembaga keuangan yang masih hidup. Jangan biarkan para pahlawan global ini ikut ambruk bersama Lehman Brother. Krisis itu biasa. Tak perlu dirisaukan. Pasti kehidupan akan kembali seperti sedia kala. Tidak akan lama. paling beberapa tahun lagi. Jadi tolong camkan baik-baik. Jangan pernah berpikir bahwa ada yang keliru dengan tatanan sosial-ekonomi kita sekarang. Jangan pernah sok tahu untuk mengubah dan menggantikan kapitalisme dengan sistem-sistem lain.
Lalu bagaimana dengan korban-korban krisis: jutaan orang miskin yang kian melarat; kaum pekerja yang terdepak dari pabrik-pabrik dan melata di kota-kota besar lalu mati seperti lalat sampah?
Dengar nak, segala sesuatu itu ada upahnya. Korban itu biasa. Bukankah agama juga mengajarkan bahwa kebahagiaan itu butuh pengorbanan? Jadi, sudahlah. Jangan pernah berpikir untuk menyalahkan kapitalisme! Dunia sudah seperti ini adanya. Tidak ada sistem yang lebih baik darinya. Camkan itu!!
Selasa, 21 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
berdoa saja, mudah2an kaum fasis makin berkuasa sehingga semakin sempurna penderitaan PRIBUMI.
Wah, ulah pul. Karunya urang atuh salakunya kumin, pasti diseksa ti heula.
Posting Komentar