Saya pernah tertipu. Waktu itu malam gelap. Sudah beberapa hari gerimis turun dari pagi hingga malam. Matahari tentu saja masih ada di siang hari, dia hanya tertutup awan. Bumi temaram sepanjang siang dan pekat sepanjang malam. Di antara siang dan malam, hanya nyamuk sial yang lahir terlalu dini yang berupaya bertahan hidup dari rumah ke rumah. Senja itu temaram, 80 persen gelap. Kuberjalan hati-hati menuju kontrakan lewat jalan pintas melewati kebun. Percik cahaya neon dari kamar mandi tetangga sebelah menuntunku menemukan celah kering di antara genangan. Tiba-tiba ada sosok bayangan di dekapan gelap bergerak-gerak. Lambaian tangannya seperti sapu tangan Lady Di diterpa angin musim gugur Birmingham atau sari Bunda Theresa tertiup angin kemarau Kalkuta. Aku tertegun sejenak. Kubayangkan dia, yang selama ini sering diceritakan orang kepadaku, berdiri di sana. Ya, dia ada rupanya. Jelas, dia di situ hendak menguji imanku. Retinaku bekerja keras memeras partikel cahaya yang tersisa. Tebar cahaya neon dari kamar mandi tetangga sebelah sudah menipis. Sisa-sisa cahayanya mempercepat hormon ketololan yang tergenjot cepat naik dari dengkul ke benak. Ketika alunan percaya mulai merasuki pikiran lelahku yang telah seharian bekerja, seperempat detik bagai kelebat kilat yang pernah dianggap sebagai Cambuk Dewa itu, kepercayaanku pudar. Gerobak nasi goreng menderu ke arah kami. Cahaya petromaks menyibak tabir. Alhamdulillah, ternyata dia hanya sebatang pohon pisang dengan daun meliuk-liuk diterpa angin musim hujan.
Kutarik hikmah dari sisa-sisa tabir yang sedang menguap itu: hanya orang-orang dalam kegelapan yang percaya bahwa akar pohon randu adalah ular. Terima kasih, petromarks.
Minggu, 14 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
hehe..konyol.
spt iklan axis saja. terimakasih axis.
:)
Hahaha. Saya jadi inget waktu dulu kau, pam, dan dani ngeledekin saya abis-abisan di ultimus karena dani ngebongkar aib saya yang takut ditinggal sendiri di kamar pam. Damn ah! Hahaha.
Maafkan, bila tulisan ini mengingatkan engkau pada kenistaan di masa lalu.
Maafkan, bila tulisan ini mengingatkan engkau pada kenistaan di masa lalu.
Posting Komentar