Para filsuf sejati, jenis manusia supra-pengangguran yang sanggup hidup hanya dengan mengutak-atik kata dan gejala, konon lahir dari rahim masyarakat dagang Yunani abad ke-6 Sebelum Masehi. Para pelamun bijak dari masyarakat pendukung perbudakan itu diagung-agungkan sebagai penemu cara pikir filsafati. Tidak seperti sepupu mereka dari lereng Himalaya, orang-orang macam Thales atau Anaximander tidak berpaling pada mitos untuk menjawab dasar hakiki segala ada. Mereka tidak mencipta sosok Siwa yang paradoks atau Brahman yang kosong. Mereka mencipta Arkhe yang linier dan tunggal. Corak pikir seperti inilah yang memungkinkan kebangunan filsafat dan ilmu dalam sejarah manusia. Namun, corak pikir ini pula yang bisa membunuhnya.
Manusia menunggu dua milenium untuk membunuh tuhan-tuhan kuno mereka dan menciptakan yang baru; yang tidak terbuat dari bual khayal, tapi dari tombak dan kertas berangka.
Sabtu, 27 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar