Kemarin saya sudah tahu bahwa filsafat itu agak berbahaya buat kawula muda. Buat apa sih cari jawaban sendiri segala macam pertanyaan mendasar. Untuk soal “siapa sih manusia? atau benarkah tuhan itu ada?”, sepertinya saya tidak perlu susah payah mikirin sendiri. Di dunia ini sudah banyak hamparan jawaban yang tinggal kita copy-paste. Semua agama resmi punya berkarung-karung jawaban siap pakai. Kita nggak perlu sok kreatif dalam hal-hal mendasar hidup kita ini. Terima saja jawaban-jawaban yang sudah lumrah supaya kita tidak banyak bedanya dari orang-orang sekitar. Beda soal gaya rambut nggak terlalu masalah, tapi kalo beda pemikiran soal tuhan, bisa digebuk bambu runcing.
Tapi namanya juga manusia itu mahluk yang lemah. Ada saja godaan setan yang menyusup ke relung batin. Seringnya, godaan itu mewujud dalam pertanyaan-pertanyaan iseng. Misalnya begini: waktu sendirian kepikiran juga “sebenarnya apa sih alasan saya lahir pada waktu itu dari keluarga yang itu di kampung yang itu?” Seandainya boleh milih, saya akan pilih lahir di Cina sekitar abad ke-13 supaya saya bisa bahasa Cina dan kenalan sama Jenghis Khan. Nyatanya saya tidak bisa milih. Terus ada yang membisiki, “Siapa sih kamu ini sebenernya? Buat apa kamu ada di dunia ini? Apa sama saja kamu dengan burung puyuh itu yang lahir, besar, tua, lalu mati? Setelah mati, kamu akan jadi seperti apa? Apa bener jadi roh yang ditimbang-timbang amalnya? Atau cuma jadi rantai-karbon yang jutaan tahun ke depan jadi BBM? Kalo bener manusia itu ciptaan Tuhan, apa susahnya sih Dia susupkan gen kasih sayang tanpa syarat supaya manusia ngga saling gebuk? Kalo kekerasan itu untuk ujian bagi yang beriman, apa susahnya sih Tuhan yang Mahakuasa itu ngasih ujian lain selain kekerasan dan kebrutalan? Kalo semua pasti ada hikmahnya, apa susahnya sih Dia tentukan hikmah yang ngga pake berdarah-darah? Jangan-jangan xxxxx xxx Tuhan?!”
Rabu, 18 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar