Senin, 13 Oktober 2008

Ikhlas

Ada buku bagus. Saya sudah membacanya beberapa kali sejak ia terbit dalam bahasa Indonesia. Kertas cetaknya tidak semewah buku-buku Harun Yahya, tidak banyak gambar berwarna, dan tidak pula banyak tanda seru di dalamnya. Berikut ini salah satu bagian yang saya suka:

Pendeta pengirim surat kepada saya yang sudah dibicarakan dalam bab sebelum ini menemukan imannya melalui seekor tawon. Charles Darwin kehilangan imannya juga dengan seekor tawon: “Saya tak bisa meyakinkan diri sendiri,” tulis Darwin, “bahwa Tuhan yang Mahakuasa dan Maha Pemurah secara terencana menciptakan Ichneumonidae yang sengaja dimaksudkan agar makhluk ini memakan ulat hidup-hidup dari dalam tubuh ulat itu sendiri.” [...]

Kebiasaan mengerikan yang dirujuk oleh Darwin terdapat pula pada sepupu makhluk tersebut, yaitu tawon gangsir... Tawon gangsir betina tidak hanya menaruh telurnya di dalam badan seekor ulat (atau belalang atau lebah) agar larvanya dapat memakan hewan tersebut dari dalam, tapi menurut Fabre dan peneliti lain, tawon betina itu dengan hati-hati menusukkan sengatnya ke dalam tiap simpul sistem saraf pusat mangsanya, sedemikian rupa sehingga membuatnya lumpuh namun tidak mematikan. Dengan demikian, dagingnya akan tetap segar... Ini terdengar buas-keji tapi, seperti yang akan kita lihat, alam tidaklah buas-keji, hanya tak acuh saja. Inilah salah satu pelajaran paling sulit buat manusia. Kita tidak mempu mengakui bahwa ada hal-hal yang bersifat tidak kejam maupun tidak welas-asih, cuma tanpa rasa—tidak pusing dengan segala derita, tidak punya tujuan apapun juga.

diambil dari:
[Dawkins, Richard, 2005, Sungai dari Firdaus, Jakarta: KPG, hlm. 107-8]

Bacalah, mudah-mudahan buku ini berfaedah. Sungguh, semoga Tuhan melimpahkan rahmat dan keselamatan untuk makhluk sejenis Dawkins ini. Buku ini membuat kita bisa ikhlas berada di dalam kehidupan; ikhlas bahwa Dia tidak pernah ada.

Tidak ada komentar: