Selasa, 20 Januari 2009

Oh Palestina lagi

Hai, anak-anak Palestina, sial betul nasibmu. Kalian hidup di antara dua pion haus darah. Di kananmu Hamas; di kirimu Israel. Kalian tidak akan paham: Apa maksud Hamas sok jagoan menembakkan rudal ke perkampungan Yahudi Israel? Apa maksud Israel membantai sesiapa saja yang bisa dibantai? Apa maksud Hamas tidak pakai seragam dan menyatukan diri mereka dengan penduduk biasa? Apa maksud Israel mengebomi rumah sakit? Semua pertanyaan ini pasti tidak bakal bisa kalian tahu jawabnya.

Hai, anak-anak Palestina, sungguh malang nasib kalian. Krisis kapitalisme selalu perlu wilayah investasi baru.Ketika minyak, perumahan, dan keuangan sudah jenuh, industri persenjataan adalah yang selalu berulang kali jadi primadona. Sementara itu, laba hanya tampil ketika komoditi dikonsumsi. Bagaimana mengkonsumsi komoditi persenjataan? Pertanyaan inipun tidak akan sanggup kalian jawab.

Ayolah jangan tertipu. Perang-perang kecil seperti ini semacam test-drive untuk komoditi perang. Tidak ada hubungannya dengan kebencian agama. Agama cuma selubung dan bekal imajinasi dalam konsumsi senjata. Karena tanpa itu tidak akan ada konsumsi perang. Sudah jadi hukum kapital bahwa tanpa konsumsi, nilai-lebih yang selama produksi dihisap tidak akan muncul sebagai laba.

Ayolah sadar. Ketika semua bidang produksi lesu; semua sektor konsumsi melemah, maka perang adalah konsumsi mewah yang bisa menaikkan kembali gairah kapital dunia. Kalian pikir senjata-senjata Hamas itu turun dari langit? Apa kalian pikir mesin-mesin perang Israel itu kiriman Herodes yang makamnya baru ditemukan itu? Tidak, kawan. Mesin-mesin pembunuh itu dihasilkan pabrik, dan pabrik-pabrik itu adalah lahan kapitalisasi triliuan dolar.

Orang-orang kabinet Israel akan bilang—seperti juga yang pernah dibilang Imam Samudra dan Ali Imaron—bahwa korban anak-anak, perempuan, dan lansia yang seribuan itu sekadar colateral damage, korban sampingan belaka. Logika pertahanan diri—logika serupa yang dipakai Usamah bin Ladin waktu meruntuhkan Menara Kembar Wallstreet—pasti menjadi alasan Israel dalam pesta pembantaian itu.

Pion-pion sedang bergerak dan kita hanya memperhatikan mereka. Di balik itu, kapitalisme brutal tetap melenggang tanpa gugatan yang berarti, kecuali dari para marxis kelas teri yang ketinggalan jaman itu.


NB
Ayo berdoa sampai kalian tidak bisa kentut! Mudah-mudahan Tuhan belum terlalu tua untuk mendengarnya.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

haha.. kereeen.
orang berpikir hamas sekumpulan santo sama bodohnya dengan simpatisan pks..
orang yang ngefans sama israel lebih goblok lagi...
dan anak palestina?
saya ingat puisi teman karib saya, Ali Mifka,
"kita semua lahir dari doa
entah doa siapa"
dari doa siapa lahir anak-anak yang kelak mati mengenaskan?
buat saya, lebih baik kita tidak berdoa daripada hasilnya seperti ini...

Unknown mengatakan...

hai, Tangusti!!! kamu dan serikat kamu kemarilah, sudah kami siapkan penggorengan dengan minyak mendidih lengkap dengan bumbunya...ya sekedar gladi resik barangkali tempat kalian kelak di akhirat lebih "hebat" lagi.